Rasanya seperti sedang berada di tepi sungai bila terdengar gemercik air yang berasal dari pancuran atau fountain. Membuat damai, sekaligus mempercantik rumah.
Anda pasti pernah dengar, kan, terapi suara dapat menghalau stres? Salah satu terapi suara ini adalah suara gemercik air. Untuk mendapatkan suara gemercik air seperti layaknya di tepi sungai di pedesaan yang masih alami, tak perlu jauh-jauh mencarinya dengan sengaja menuju ke sumber mata air atau air terjun di pegunungan nun jauh di sana. Anda pun dapat menghadirkannya di rumah. Ya, di dalam rumah.
Salah satunya dengan membuat lansekap kolam air terjun atau air mancur di halaman rumah atau taman mungil Anda. Namun masalahnya, untuk membuat kolam tentu membutuhkan lahan yang cukup memadai. Bila pada kenyataannya Anda tidak memiliki halaman rumah yang cukup untuk membuat kolam, lalu bagaimana caranya?
Tenang saja. Caranya cukup mudah, kok. Anda dapat bisa memanfaatkan pancuran kecil yang bisa diletakkan di taman mungil, di salah satu bagian dalam rumah, bahkan di atas meja. Praktis, bukan? Perawatannya pun tidak serumit kolam hias air mancur yang asli. Nah, lalu pancuran seperti apa, sih, yang pantas diletakkan di dalam rumah dan menjadi bagian dari interior rumah?
Pertama-tama, sebaiknya Anda tentukan terlebih dahulu akan diletakkan di mana pancuran ini. Di ruang tamu, ruang keluarga, atau ruang makan? Yang jelas, posisinya harus sesuai dan dapat dinikmati oleh seluruh penghuni rumah, sekaligus oleh tamu yang datang berkunjung ke rumah.
Lokasi pancuran ini sudah pasti akan menjadi focal point pada interior rumah nantinya. Untuk itu, penting sekali bila Anda memilih desain yang sesuai dan selaras dengan keseluruhan tema interior rumah yang ada. Jangan sampai, pancuran akan terlihat asing karena ‘tidak nyambung' dengan tema interior rumah.Batu Alam & Polyresin
Apabila ingin menonjolkan suasana pegunungan dan alam tropis, dapat dihadirkan kolam pancuran yang berdesain seperti lereng pegunungan. Desainnya mirip dengan kolam ikan hias model relief, berikut air terjun dan kolamnya. Hanya saja, ukurannya lebih kecil atau mini.
Ukuran pancuran mini biasanya hanya sekitar 30cm x 50cm x 15 cm saja. Bagi Anda yang lebih menyukai pancuran model simpel, bisa memilih pancuran model minimalis, tanpa relief atau lereng-lereng. Desainnya hanya berupa kolam berbentuk kotak atau persegi panjang, dengan pancuran kecil yang keluar dari sela-sela bebatuan. Atau, air keluar dari lubang-lubang kecil yang terdapat pada pilarnya.
Adapula pancuran yang hanya seukuran asbak setinggi 15 cm, dengan desain patung seorang ibu yang sedang menggendong anaknya, atau perahu nelayan yang sedang berlayar, bahkan patung Budha yang mengeluarkan air dari tangannya. Semuanya dibuat dengan berbagai warna pilihan, bisa abu-abu minimalis, warna batu alam, hingga hitam atau cokelat alami.
Kendati tampilan luarnya tampak seperti batu dan semen betulan, sebetulnya ada pancuran yang terbuat dari bahan polyresin, biasa disebut polyresin fountain, yangterbuat dari campuran fiber dan plastik. Sudah pasti lebih awet, kuat, dan ringan. Lain halnya bila pancuran itu terbuat dari batu alam asli dan harus sering dipindah-pindahkan, tentu akan membuat sulit.
Polyresin fountain ini tersedia dalam beragam ukuran, ada yang hanya 30cm x 50cm saja, ada pula yang mencapai 1m tingginya dan lebar 75 cm. Pemilihan besar atau kecilnya pancuran ini, kembali lagi harus diseusaikan dengan lokasi di mana Anda akan meletakkannya pada ruang yang tersedia.
Untuk pancuran yang terbuat dari batu alam asli, disebut air mancur minimalis dengan tinggi 1-1,5 m, tipenya bermacam-macam. Di bagian atasnya terdapat bola-bola batu yang bisa berputar pada saat air dialirkan. Biasanya model pancuran seperti ini lebih cocok diletakkan berdampingan dengan taman indoor ataupun outdoor, termasuk bagian dari ornamen taman bergaya minimalis.
Perlu Dirawat
Selain memperhatikan faktor desain dan lokasi yang diinginkan, Anda juga harus mempertimbangkan faktor perawatannya. Jangan hanya ingin memiliki suasana air dalam bentuk miniatur di dalam rumah saja, Anda juga harus bisa mengantisipasi bagaimana agar pancuran selalu bersih, terawat, pompa airnya awet, dan tidak membahayakan.
Ingat, lho, benda yang sering terkena air sudah pasti memungkinkan akan menimbulkan lumut. Perawatan bisa dilakukan dengan cara mengelap lereng atau kolamnya, sekaligus mengganti airnya paling tidak dua minggu sekali. Pembersihan hard material dapat dibarengi dengan membersihkan pompa.
"Oleh karena posisi pompa terendam air, debu dan kotoran akan menempel pada pompa," menurut Minto penjual aksesoris pancuran di kawasan Kranggan." Anda dapat membuka bagian belakang pompa yang berbentuk seperti saringan, di mana kotoran biasa menempel, lalau bersihkan selama dua minggu sekali".
Usahakan pula intensitas bekerja pompa tidak melebihi 12 jam, agar pompa awet dan tidak mudah rusak. Apabila ada tanaman plastiknya, yang sudah tentu tak luput dari debu, dapat dibersihkan dengan cara dilap saja, atau dapat dicabut dulu dari tempatnya, direndam dalam air yang sudah dicampur deterjen, lalu dikeringkan dulu sebelum dipasang kembali.
Ya, kini pancuran di dalam rumah memang sudah menjadi bagian dari interior rumah dan banyak dijual dalam beragam desain yang sudah jadi dan dapat dibeli di toko-toko perlengkapan rumah (home furnishing).
Namun, pancuran dengan desain seindah apapun bila Anda malas merawatnya, tentu akan terlihat kusam dan kotor, bahkan bisa menjadi sarang nyamuk atau laba-laba. Apa jadinya bila suara gemercik airnya masih dapat dinikmati, tetapi keberadaanya justru akan merusak pemandangan dalam rumah, sayang, kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar